B.J. Habibie : guru terbesar saya adalah otak saya
Collection Location | perpustakaan akmil |
Edition | |
Call Number | 920 ADE b |
ISBN/ISSN | 978-602-7874-44-2 |
Author(s) | |
Subject(s) | Biografi |
Classification | 920 |
Series Title | GMD | BUKU |
Language | |
Publisher | Ar-Ruzz Media |
Publishing Year | 2020 |
Publishing Place | Yogyakarta |
Collation | 228 halaman ; 21 cm |
Abstract/Notes | Habibie layak di sebut "orang yang ditakdirkan." Aspirasi dan tujuan hidupnya adalah sama dan harmonis dengan negeri yang dicintainya; Indonesia. Ia pulang di Tanah Air setelah lama merantau di negeri orang untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berteknologi maju. Kemudian, rasionalitasnya membawa Habibie ke ranah politik, suatu fase yang tak pernah ia rencanakan. Meski tak berencana, ia mencapai puncak karier di bidang politik ketika menggantikan jabatan Presiden Soeharto. Ada rentetan peristiwa yang tidak mudah ia lalui di detik-detik peralihan kekuasaan tersebut. Dengan sikap optimistis dan rasional, ia menatap masa depan. Namun, Habibie bukan berarti tak pernah merasa terpuruk. Dalam beberapa hal ia merasa kesepian. Ia pernah dipandang sebelah mata oleh Soeharto. Ia pernah diremehkan oleh banyak pihak atas kemampuannya menjadi Presiden. Ia sempat pula disingkirkan dari Golkar. Tetapi, kesendirian dan kesepian yang paling ia rasakan adalah saat Ainun, sang istri meninggal dunia. Bagaimana kisah sebenarnya? |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |